Minggu, 08 Januari 2012

Kekuatan Spiritualitas Bagi Dunia Bisnis Sebagai “Extension of the Hand God” (Bagian VII)

(Kepemimpinan Spiritual: Keteladanan dan Pelayanan)

Rasul Paulus pernah menasihati Timotius yang masih muda calon pemimpin di Gereja Kristen mula mula. Dalam Alkitab, 1 Timotius 4:12:

"Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Keteladanan merupakan aspek yang paling krusial dalam Kepemimpinan Rohani. Dalam Alkitab, Matius 20:26-28:

"Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayan. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Senjaya (2004) mengatakan, riset menunjukkan bahwa etika bisnis seringkali hanya menjadi retorika manis di bibir karena para pemimpin perusahaan bertindak tidak etis dalam relasinya dengan para pegawai, pelanggan, pemegang saham, dan publik secara luas.

Kita perlukan kepemimpinan spiritual dalam mengelola suatu bisnis, terlepas dari mana sumber spiritual tersebut, seperti dikatakan Parapak (2001), “Apabila kita dalami elemen-elemen pokok dari kepemimpinan, maka semua harus diwarnai, dicerahi dan dilandasi oleh ajaran, nilai dan prinsip-prinsip kriatiani (bagi penganut kristen). Visinya adalah visi penyelamat, visi transformasi, visi pemeliharaan, visi kasih, visi pemberdayaan, dan visi kekekalan. Strateginya adalah strategi pemberdayaan, penyelamatan dan pembaruan. Sistem nilai, ajaran dan prinsip-prinsip kristiani menjadi pegangan, landasan, acuan, dan arahan utama dalam memilih pola komunikasi, skenario yang akan digelar”

Disini Parapak (2001) mengatakan bahwa kehidupan bermasyarakat, dalam mengelola bisnis, atau aktifitas apa saja dalam hubungannya dengan berkomunikasi dengan sesama umat manusia, mestilah selalu diwarnai oleh nilai-nilai spiritual. Jadi nilai-nilai spiritual tidak hanya hadir ketika di gereja saja, ketika di mesjid saja, ketika di wihara, atau di pure, tapi menjadi nafas dalam kehidupan kita sehari-hari termasuk dalam dunia bisnis.

Sendjaya (2004), seorang pendeta yang juga doktor di bidang kepemimpinan, dalam bukunya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan Kristen, mengatakan bahwa berbagai problema yang kompleks dan akut dalam berbagai jenis organisasi bermuara pada absennya kepemimpinan yang berlandaskan Alkitab. Tidak peduli itu organisasi bisnis, pemerintah, pendidikan, kemanusiaan, maupun gereja. Saya yakin prinsip-prinsip kepemimpinan biblikal bersifat universal dan relevan dalam berbagai konteks kontemporer di era pasca modern ini. Bahkan banyak perusahaan multinasional yang sukses di dunia ini tanpa sadar sedang menerapkan prinsip dan pola yang berasal dari Alkitab.

Kepemimpinan kristiani merupakan kepemimpinan yang bersifat melayani karena ada tertulis “Siapa diantara kamu ingin menjadi terbesar, handaklah ia menjadi pelayanmu“ yang artinya dalam hal kepemimpinan, pemimpin kristiani harus menunjukkan sikap tidak mementingkan diri sendiri, selalu menaruh respek terhadap orang lain, menyemangati dan saling menyadarkan bahwa alam tempat kita berpijak adalah amanat Allah untuk senantiasa di jaga keberadaannya sebagai bentuk pelayanan. Anti otoriter, dan anti gila kekuasaan dan kekayaan, peduli pada masyarakat dan membuat mereka menjadi berhasil. Spears, dalam tulisan Friedman, (2007) mengemukakan paling tidak ada sepuluh karakteristik untuk menjadi pemimpin pelayan, mulai dari peduli pada apa yang dikatakan orang, rasa empati, mengelola emosi orang lain, memiliki sadar diri, kemampuan persuasi, punya konsep dan mengkomunikasikannya, mempunyai visi ke depan, kemampuan melayani orang, bisa tegas untuk memajukan karyawan, sampai dengan membangun sebuah komitmen bagi seluruh karyawan.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar