Minggu, 08 Januari 2012

Kekuatan Spiritualitas Bagi Dunia Bisnis Sebagai “Extension of the Hand God” (Bagian V)

(Karyawan: Amanat Terhadap Sesama Manusia)

Tidak hanya tanggung jawab yang dituntut dari bisnis kepada lingkungan tempat ia berpijak, tetapi para karyawan juga hak mereka harus diperhatikan sebagai amanat Allah untuk mengasihi sesama. Amat sedikit perusahaan yang mau mempedulikan hak para karyawannya, akibatnya masalah turnover bagi perusahaan kebanyakan tidak terbendung. Misalnya hak untuk mendapatkan rasa nyaman dalam bekerja serta hak untuk didengar dan untuk diperhatikan. Bagaimana cara perusahaan mengatasi masalahnya bila mengalami kemungkinan defisit (kerugian)? Apakah perusahaan akan segera mengambil tindakan mem-PHK-kan sebagian karyawannya? Bagaimana bila perusahaan mengalami kemajuan, apakah hanya sebagian kecil saja yang mengalami keuntungan atau seluruh karyawan merasakannya? Apakah keuntungan ini akan diberitahukan kepada seluruh karyawan dan semua mendapat bonus? Harus ada kerelaan untuk share dengan pegawai. Bagaimana bila tenaga manusia digantikan dengan tenaga mesin? Misalnya, ada suatu perusahaan yang menggantikan 300 orang pekerja dengan satu komputer. Dengan komputer, data yang dikerjakan 300 orang bisa dikerjakan hanya oleh satu komputer.

Apakah yang sebaiknya harus dilakukan perusahaan tersebut? Satu komputer akan membuat 300 orang kehilangan pekerjaan, yang akhirnya pemerintah yang seharusnya menanganinya? Sejauh manakah perusahaan itu mengorbankan kebutuhan masyarakat dan negara demi keuntungannya? Apakah demi keuntungan ini perusahaan akan mengurangi perhatian dan kepedulian sosial terhadap karyawan? Apakah fasilitas terhadap karyawan dikurangi demi keuntungan perusahaan?

Karyawan adalah pihak yang tidak terpisahkan dari sebuah entitas bisnis. Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah entitas bisnis hendaknya memperlakukan setiap personel yang aktif di perusahaannya berdasarkan kasih terhadap sesamanya manusia. Hendaknya sebuah bisnis menerima manusia (karyawan) sebagai mahluk spiritual (spiritual being) dan organisasi atau tempat kerja harus memfasilitasi perkembangan dimensi spiritual ini sebagai bentuk penerimaan bahwa setiap karyawan adalah human being yang membutuhkan nilai dan makna berdasarkan kasih dan kebersamaan. Sebagaimana tertulis bahwa:

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Al-Kitab, Matius 22:36)."

Begitupun dengan terbentuknya budaya spiritualitas di tempat kerja, diharapkan akan terbentuk karyawan yang happy, tahu dan mampu memenuhi tujuan hidup. Karyawan yang demikian umumnya memiliki hidup yang seimbang antara kerja dan pribadi, antara tugas dan pelayanan. Pada umumnya, mereka juga memiliki kinerja yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan sebuah perusahaan konsultan besar, penerapan lingkungan kerja yang spiritual meningkatkan produktivitas dan menurunkan turn over.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar